Temui Saya di Facebook

Pengertian, Macam-Macam, Tujuan, dan Fungsi Reward dalam Pembelajaran

Reward merupakan salah satu keterampilan mengajar yang bersumber dari teori belajar behavioristik. Teori belajar beharivioristik menekankan pada perubahan tingkah laku terjadi karena interaksi stimulus dan respon. Menurut teori ini, tingkah laku manusia tidak lain dari hubungan antara stimulusrespon yang sebanyak-banyaknya. Dalam behavorisme juga terdapat teori belajar trial and error yang dicetuskan oleh Thorndike. Salah satu dari tiga prinsip belajarnya adalah law of effect, yaitu belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik (Syaiful Sagala, 2010: 14). Sementara itu, Skinner (dalam Syaiful Sagala, 2010: 14) mengemukakan teori operant conditioning yang menyebutkan bahwa seorang anak yang belajar dengan baik kemudian mendapatkan nilai yang baik, maka anak tersebut akan belajar lebih giat lagi. Nilai tersebut merupakan peran conditioning atau penguatan (reinforcement). Selain nilai, guru juga dapat memberikan ganjaran atau pujian yang memiliki banyak bentuk seperti tanda penghargaan, ijazah, medali, piala, beasiswa, dan lain-lain.

Reward, hadiah, dan juga reinforcement adalah hal yang hampir sama. Martin dan Pear (Edi Purwanta, 2005: 35) berpendapat bahwa kata “positive reinforcement” sering disamaartikan dengan kata “hadiah” (reward). Menurut 18 Joseph Nuttin dan Anthony G. Greenwald (1968: 3-4) menyebutkan bahwa reward merupakan konsekuensi ekstrinsik yang bisa memuaskan motif yang cukup tangensial untuk suatu kinerja sukses. Misalnya, seorang guru yang memberikan tugas matematika kepada siswa kemudian jawaban siswa yang dipanggil itu benar, guru mengomentari dengan “Ya, benar!” bisa dikatakan bahwa siswa mendapatkan keberhasilan. Guru dapat memberikan hadiah kecil seperti permen. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai reward.
V. Skills dalam artikel Texas Guide For Teaching dengan judul Reinforcement mengutip pendapat Miller (2006) yang menyebutkan bahwa reinforcement merupakan peristiwa atau stimulus yang mengikuti suatu perilaku dengan waktu yang berdekatan dan meningkatkan perilaku tersebut. Dengan kata lain, reinforcement adalah prosedur menggunakan penguat untuk meningkatkan perilaku. Suharsimi Arikunto (1990: 182) menjelaskan hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain karena sudah bertingkah laku sesuai dengan yang dikehendaki, yakni mengikuti peraturan sekolah dan tata tertib yang sudah ditentukan.

1. Pengertian Reward
Istilah reward atau imbalan kadang-kadang digunakan sebagai sebagai sinonim untuk penguatan positif (Rita L.Atkinson, 1983: 319). Penguatan positif adalah stimulus yang apabila diberikan setelah respon terjadi dapat meningkatkan respon tersebut. Maria J Wantah (2005: 164) menyebutkan bahwa penguatan positif adalah teknik terbaik untuk mendorong tingkah laku yang diinginkan. Menurut Marno dan Idris (2010: 132), penguatan adalah 19 respon positif yang dilakukan guru atas perilaku positif yang dilakukan atau telah dicapai siswa. Sementara itu, Mulyasa (2005: 77) mendefinisikan penguatan (reinforcement) sebagai respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya perilaku. Buchari Alma (2010: 40) mnjelaskan bahwa penguatan adalah respon positif terhadap suatu tingkah laku tertentu dari siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut muncul kembali.
Dalam ilmu pendidikan, reward atau biasa disebut dengan ganjaran merupakan salah satu alat pendidikan. Ngalim Purwanto (2002: 183) menyebutkan bahwa maksud dari ganjaran adalah sebagai alat untuk mendidik anak agar merasa senang karena apa yang dilakukannya mendapatkan penghargaan. Reward merupakan segala yang diberikan guru berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa, agar siswa dapat melakukan perbuatan terpuji dan berusaha untuk meningkatkannya (Ahmad Bahril dan I Made Arsana, 2014: 455). Sementara itu, Soedomo Hadi (2005: 89) mendefinisikan ganjaran sebagai isyarat, katakata, perbuatan, atau barang-barang yang diberikan kepada anak didik setelah mereka berhasil melakukan kegiatan positif dan istimewa.
Ngalim Purwanto (2002: 182) juga mendefinisikan reward sebagai alat pendidikan tidaklah seperti upah, yang dibayarkan sebagai ganti rugi dari suatu pekerjaan atau suatu jasa. Pemberian hadiah akan berfungsi untuk memperkuat pendapat /keyakinan individu bahwa perbuatan yang dilakukan benar atau dibenarkan (Suharsimi Arikunto, 1990: 166). Hal itu sependapat 20 dengan Maria J. Wantah (2005: 164) yang menyebutkan bahwa penghargaan merupakan cara terbaik untuk menunjukkan bahwa anak telah melakukan hal baik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa reward adalah alat pendidikan berupa suatu penghargaan atau hal-hal menyenangkan yang diberikan kepada siswa karena telah melakukan kegiatan positif sebagai upaya untuk memperkuat pendapat atau keyakinan siswa bahwa apa yang telah dilakukan itu benar.

2. Macam-macam Reward
Terdapat beberapa macam reward yang dapat diberikan kepada siswa. Slavin (2009: 130) menyebutkan bahwa imbalan dapat berupa pujian, nilai, penghargaan, hingga hadiah atau imbalan lain. Menurut Wina Sanjaya (2009: 37), terdapat dua jenis reward (penguatan) yang bisa diberikan oleh guru, yaitu:

a. Reward verbal
Reward verbal yaitu reward yang diungkapkan dengan kata-kata, baik berupa pujian dan penghargaan atau kata-kata koreksi. Melalui katakata tersebut, siswa akan merasa puas dan terdorong untuk lebih aktif belajar. Contoh reward verbal adalah “bagus!”, “tepat sekali”, “wah hebat kamu”, “hampir tepat”, dan lain-lain.

b. Reward nonverbal
Reward nonverbal yaitu reward yang diungkapkan melalui bahasa isyarat misalnya melalui anggukan kepala tanda setuju, gelengan kepala, 21 tanda tidak setuju, mengernyitkan dahi, mengangkat pundak dan lain sebagainya. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan cara memberikan tanda-tanda tertentu misalnya dengan melakukan sentuhan, berjabat tangan, menepuk pundak siswa, dan lain-lain.
Ngalim Purwanto (2002: 183) menyebutkan ada lima macam perbuatan atau sikap guru yang dapat diberikan sebagai ganjaran kepada siswa:
a. Anggukan sebagai tanda senang atau membenarkan jawaban siswa.
b. Kata-kata yang menggembirakan (pujian).
c. Pekerjaan dengan tingkat yang lebih sukar.
d. Ganjaran yang ditujukan kepada seluruh kelas, misalnya bernyanyi atau berwisata bersama.
e. Benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi siswa.
Sementara itu, macam-macam reward yang dapat diberikan kepada siswa menurut Soedomo Hadi (2005: 90), antara lain:
a. Isyarat, misalnya anggukan, tepukan pada bahu, dan sebagainya.
b.  Kata-kata, misalnya kata bagus, hebat, jempol, dan sebagainya.
c. Perbuatan, misalnya siswa yang sudah selesai mengerjakan pekerjaan pertama dapat mengerjakan pekerjaan lain yang sesuai.
d. Barang, misalnya buku tulis, pulpen, spidol, dan alat-alat pelajaran lain. Pemberian barang semacam ini harus diberikan pada waktu yang tepat, antara lain dalam kegiatan lomba.
Hampir sama dengan Ngalim Purwanto dan Soedomo Hadi, Emmer dkk (dalam Suharsimi Arikunto 1990: 160-166) juga menyebutkan macammacam hadiah pengajaran seperti berikut.
a. Peringkat dan simbol-simbol lain
Bentuk hadiah yang paling sering diberikan kepada siswa adalah peringkat huruf maupun angka. Selain itu, penggunaan simbol-simbol seperti bintang dan tanda centang juga sering digunakan pada siswa sekolah dasar dan menengah. Namun, pemberian peringkat yang dilakukan secara adil dan betul adalah hadiah yang paling tepat, apabila dikaitkan dengan usaha, prestasi dan kemampuan siswa.

b. Penghargaan
Hadiah dalam bentuk ini dapat berupa berbagai hal yang mempunyai arti “perhatian” kepada siswa. Pada umumnya, penghargaan diwujudkan dalam bentuk surat penghargaan atau piagam yang diberikan kepada siswa-siswa pada akhir semester atau tahun ajaran melalui kompetisi. Sertifikat, stiker atau tanda-tanda lain tampak sederhana, tetapi memiliki makna yang besar bagi siswa agar termotivasi oleh penghargaan diperoleh.

c. Hadiah berupa kegiatan
Guru harus memberikan petunjuk yang jelas dan rinci bagaimana siswa diberikan kegiatan sebagai ganjaran atas keberhasilan yang telah dilakukan. Hal tersebut dilakukan ketika guru akan memberikan hadiah berupa suatu kegiatan kepada siswa.

d. Hadiah berupa benda
Beberapa hal yang haus diperhatikan ketika akan memberikan hadiah berupa benda kepada siswa, yaitu: hadiah harus berhubungan dengan prestasi yang dicapai, sebaiknya disesuaikan dengan kebuthan siswa, sebaiknya tidak perlu terlalu mahal.
Maria J. Wantah (2005: 166) menjelaskan bahwa bentuk penghargaan yang diberikan oleh pendidik kepada siswa kecil tentu berbeda dengan yang diberikan kepada siswa besar. Penghargaan kepada siswa kecil harus bersifat kongkret diikuti dengan perbuatan seperti pelukan dan senyuman, tidak hanya verbal karena siswa belum mengerti. Sementara itu, penghargaan untuk siswa yang lebih besar dapat berbentuk verbal berupa pujian atau sanjungan. Siswa yang telah mengenal baca tulis, dapat diberikan penghargaan dalam bentuk piagam penghargaan.
Menurut Elisabeth Hurlock (1990: 91) jenis penghargaan dibagi menjadi 3, yaitu 1) penerimaan sosial, 2) hadiah, dan 3) perlakuan yang istimewa. Penerimaan sosial dapat dilakukan dengan cara memberikan pujian kepada anak. Hadiah diberikan sebagai penghargaan untuk perilaku yang baik. Hadiah merupakan suatu tanda kasih sayang, penghargaan atas kemampuan dan prestasi seorang anak, bentuk dorongan atau kepercayaan. Perlakuan istimewa dapat dilakukan dengan cara memberikan perlakuan yang membuat anak dianggap seperti orang dewasa. Menghargai usaha anak dalam menyesuaikan diri menghasilkan penerimaan sosial dalam bentuk yang 24 mengisyaratkan bahwa anak diperlakukan sebagai orang dewasa daripada sebagai anak-anak.
Buchari Alma (2010: 41-42) membagi komponen reinforcement menjadi 6, yaitu:
a) verbal reinforcement berupa komentar/ungkapan/pujian yang berbentuk kata-kata misalnya baik, bagus, hebat sekali, benar sekali, dan sebagainya.
b) gestural reinforcement berupa senyum, mengengkat alis, tepuk tangan, menunjuk, tanda oke, mengacungkan jempol, anggukan, dan lain-lain.
c) proximity reinforcement meliputi berjalan mendekati siswa, berdiri di dekat siswa, duduk di dekat kelompok, dan berdiri di antara siswa. \
d) contact reinforcement seperti menepuk bahu, menjabat tangan siswa, memegang rambut, dan menaikkan tangan siswa.
e) activity reinforcement berupa membantu siswa dalam menggunakan media pembelajaran, membagi bahan, memimpin permainan dan lain-lain.
f) token reinfocement dapat dilakukan pemberian hadiah, bintang komentar pada buku pekerjaan siswa, memberikan nama kehormatan, memberikan simbol gambar, dan lain-lain.
Sementara itu, Marno & Idris (2005: 135-137) serta Hamzah B. Uno (2006: 169-170) menjelaskan komponen dalam memberikan penguatan kepada siswa seperti berikut:
a. Penguatan verbal dalam bentuk kata-kata dan kalimat.
b. Penguatan berupa mimik muka dan gerakan badan (gestural) seperti senyuman, anggukan kepala, acungan ibu jari, tepuk tangan dan sebagainya.
c. Penguatan dengan cara mendekati siswa seperti duduk di dekat siswa dan berjalan menuju siswa.
d. Penguatan dengan sentuhan, misalnya dengan menepuk pundak atau menjabat tangan siswa.
e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.
f. Penguatan berupa simbol atau benda yang berupa piagam penghagaan, benda-benda berupa alat tulis, atau komentar pada buku siswa.
Menurut Robert J. Marzano (2013: 162), guru juga dapat memberikan reward kepada siswa untuk menghargai perilaku positif dengan melakukan langkah-langkah seperti berikut:
a. Memberikan penghargaan verbal dan nonverbal
Cara untuk menghasilkan penguatan positif salah satunya adalah dengan penghargaan verbal dan nonverbal. Penghargaan verbal dapat berupa ucapan, sedangkan penghargaan nonverbal berupa senyuman, anggukan, kerlingan mata yang dapat membuat interaksi lebih bersifat pribadi dibandingkan dengan penghargaan verbal.

b. Memberikan penghargaan tangibel (nyata)
Tanda penghargaan menunjukkan nilai ketaatan siswa terhadap suatu prosedur. Bentuk penghargaan ini dapat berupa simbolik, seperti poin, kartu, atau formulir penghargaan.

c. Melibatkan keluarga siswa di rumah
Penghargaan terhadap apa yang dilakukan siswa dapat meluas ke luar kelas. Siswa yang mengetahui bahwa sekolah menghubungi keluarga di rumah tekait perilaku baik yang ditunjukkan merasakan bahwa siswa mendapat penghargaan yang tinggi.
Slavin (2009: 140-143) menjelaskan bahwa sarana utama untuk memberi imbalan kepada siswa karena telah menunjukkan upaya terbaik adalah dengan memberikan imbalan, sebagai berikut:
a. Menggunakan pujian dengan efektif.
Pujian akan efektif sebagai sarana motivasi sejauh pujian tersebut bersyarat, khusus dan terpercaya. Pujian bersyarat bergantung pada upaya siswa terhadap apa yang yang telah ditetapkan. Kekhususan berarti bahwa guru memberikan pujian terhadap perilaku khusus siswa. pujian yang terpercaya akan diberikan dengan tulus karena hasil yang dilakukan.

b. Mengajari siswa memuji diri sendiri.
Siswa dapat belajar memuji diri sendiri untuk meningkatkan keberhasilan akademis siswa. Hal ini adalah komponen dalam pembelajaran mandiri.

c. Menggunakan nilai sebagai insentif. Nilai akan berperan sebagai insentif bagi anak-anak di kelas tinggi.

d. Menggunakan sistem insentif berdasarkan struktur sasaran.
Guru dapat memberikan menggunakan metode pembelajaran yang menekankan kerjasama, lalu memberikan insentif atas upaya dan peningkatan.
Lebih lanjut, Jameel Zeeno (dalam Rusdiana Hamid, 2006: 69) menjelaskan bahwa bentuk reward dapat berupa: a) pujian yang mendidik; b) memberi hadiah; c) mendo’akan; d) papan prestasi; e) menepuk pundak; f) menjadikan acuan pada siswa yang berprestasi dalam memberikan semangat siswa yang lain; g) berpesan pada yang lain; dan h) berpesan pada keluarga siswa yang bersangkutan.
Berdasarkan pendapat di atas, macam-macam reward dibagi menjadi 2 yaitu reward verbal dan reward nonverbal. Reward verbal dapat berupa kata-kata atau kalimat pujian seperti “baik”, “bagus”, “tepat sekali”, “kamu benar”, dan sebagainya. Reward nonverbal dapat berupa isyarat tubuh, anggukan, mendekati siswa, perlakuan istimewa seperti memberikan perbuatan atau tugas dengan tingkat yang lebih sulit, kegiatan bersama seperti bernyanyi, bekerjasama atau berwisata, melibatkan keluarga di rumah, hadiah berupa benda-benda, peringkat atau simbol lain, nilai dan tanda penghargaan.

3. Tujuan Pemberian Reward
Ngalim Purwanto (2002:182) menjelaskan tujuan pemberian reward adalah untuk mendidik anak supaya dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapatkan penghargaan. Selain itu, tujuan dari pemberian reward juga untuk meningkatkan kemauan siswa untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapai. Dengan diberikan reward, guru bertujuan untuk membentuk kemauan siswa yang lebih keras.
Moh Uzer Usman (2006: 81) menyebutkan tiga tujuan pemberian penguatan, yaitu meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran; merangsang dan meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Sementara itu, Buchari Alma (2010: 40) menyebutkan tujuan reward seperti berikut:
a.    meningkatkan perhatian siswa
b.    Memperlancar/memudahkan proses belajar
c.    Membangkitkan dan mempertahankan motivasi
d. Mengontrol atau mengubah sikap suka mengganggu dan menimbulkan tingkah laku belajar yang produktif
e.    Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar
f.     Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi
Wahid Murni dkk (2010: 117) dan Marno dan Idris (2010: 133) menyebutkan beberapa tujuan dari pemberian reward, yaitu:
1) meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar;
2) membangkitkan, memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswa;
3) mengarahkan pengembangan berfikir siswa ke arah divergen;
4) mengatur dan mengembangkan diri anak dalam proses belajar; dan
5) mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku yang produktif.
Berdasarkan beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberian reward secara umum adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan untuk mempertahankan perilaku yang positif serta produktif. Tujuan dari pemberian reward ini akan dapat tercapai dan efektif apabila pemberian reward ini dilakukan dengan cara dan prinsip yang tepat.

4. Fungsi Reward
Wina Sanjaya (2009: 37) menyebutkan bahwa fungsi reward adalah untuk memberikan ganjaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar hati dan meningkatkan partisipasi dalam setiap proses pembelajaran. Pemberian penghargaan mempunyai peranan penting dalam mengembangkan perilaku siswa. Maria J. Wantah (2005: 165) mengemukakan fungsi pemberian penghargaan sebagai berikut:
a.    Penghargaan mempunyai nilai mendidik. Penghargaan yang diberikan kepada anak menunjukkan bahwa perilaku yang dilakukan anak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Apabila anak melakukan sesuatu yang disetujui oleh kelompok lalu mendapatkan penghargaan, maka anak akan memperoleh kepuasan, dan kepuasan itu akan mempertahankan, memperkuat dan mengembangkan tingkah laku baik.
b.    Penghargaan berfungsi sebagai motivasi pada anak untuk mengulangi atau mempertahankan perilaku yang disetujui secara sosial. Pengalaman anak mendapatkan penghargaan yang menyenangkan akan memperkuat motif untuk bertingkah laku baik. Dengan adanya penghargaan di masa mendatang anak akan berusaha sedemikian rupa untuk berperilaku lebih baik agar mendapat penghargaan.
c.    Penghargaan berfungsi memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial. Apabila anak menampilkan tingkah laku yang diharapkan secara berkesinambungan dan konsisten, maka ketika perilaku itu dihargai anak 30 akan merasa bangga. Kebanggaan itu akan menjamin anak untuk terus mengulangi bahkan meningkatkan kualitas perilaku tersebut.
d.   Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi reward adalah sebagai ganjaran kepada siswa agar dapat meningkatkan partisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Reward juga memiliki nilai mendidik yang dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan atau mempertahankan perilaku baik.

5. Syarat-syarat Pemberian Reward
Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (2002: 184) memberikan beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam memberikan reward, yaitu:
a.    Guru harus mengenal betul murid-muridnya dan menghargai dengan tepat.
b.    Ganjaran yang diberikan jangan menimbulkan cemburu atau iri hati.
c.    Harus hemat dalam memberikan ganjaran, maksudnya tidak boleh terlalu sering.
d.   Jangan memberikan ganjaran dengan menjanjikan terlebih dahulu kepada siswa.
e.    Guru harus berhati-hati, jangan sampai ganjaran berubah fungsi menjadi upah bagi siswa.
Rusdiana Hamid (2006: 69) juga mengatakan bahwa reward diberikan kepada siswa dengan syarat: a) hanya diberikan pada anak yang telah mendapatkan prestasi yang baik, b) jangan menjanjikan ganjaran/hadiah lebih dulu sebelum anak berprestasi. c) diberikan dengan hati-hati jangan 31 sampai anak menganggapnya sebagai upah, d) jangan sampai menimbulkan kecemburuan bagi anak yang lain, namun sebaiknya harus menimbulkan semangat dan motivasi bagi anak didik yang lain. Sementara itu, Brophy dan O’Leary (dalam Suharsimi Arikunto, 1990: 165) memberikan saran dalam pemberian hadiah sebagai berikut:
a. Hadiah hendaknya diberikan secara spontan, jangan ditangguhkan terlalu lama.
b. Hadiah disesuaikan dengan keadaan dan sifat yang menunjukkan keistimewaan prestasi.
c. Hadiah hendaknya disesuaikan dengan kesenangan atau minat siswa.
d. Penyerahan hadiah hendaknya disertai dengan penjelasan rinci mengapa siswa mendapatkan hadiah.
Apabila digunakan dengan tepat, pujian dapat menjadi sarana motivasi yang efektif. Brophy (dalam Slavin, 2009: 141) menjelaskan panduan untuk memberi pujian yang efektif, sebagai berikut:
1) diberikan dengan bersyarat;
2) menyebutkan secara khusus bagian-bagian pencapaian;
3) memperlihatkan spontanitas, keragaman, dan tanda-tanda kredibilitas lain; memperlihatkan perhatian yang jelas terhadap pencapaian siswa;
4) memberi imbalan bagi perolehan kriteria kinerja yang telah ditentukan (namun, yang dapat meliputi kriteria upaya);
5) memberikan informasi kepada siswa tentang kompetensi mereka atau nilai pencapaian mereka;
6) mengarahkan siswa pada penghargaan yang lebih baik tentang perilaku yang terkait dengan tugas mereka dan pemikiran tentang penyelesaian soal;
7) menggunakan pencapaian siswa sebelumnya sebagai konteks untuk menggambarkan pencapaian saat ini;
8)  diberikan sebagai penghargaan atas upaya yang bernilai atau keberhasilan tugas-tugas yang sulit (untuk siswa ini);
9) menghubungkan keberhasilan dengan upaya dan kemampuan, yang menyiratkan bahwa keberhasilan serupa dapat diharapkan pada masa mendatang;
10) memusatkan perhatian siswa pada perilaku mereka sendiri yang relevan dengan tugas;
11)    menumbuhkan penghargaan dan atribusi yang diinginkan tentang perilaku yang terkait dengan tugas setelah proses tersebut diselesaikan.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa dalam memberikan reward kepada siswa, guru perlu memperhatikan syarat dan saran pemberian reward. Guru harus mengenal murid dengan baik, sehingga dapat menyesuaikan hadiah dengan prestasi dan minat siswa. Pemberian reward tidak boleh dilakukan terlalu sering dan jangan sampai menimbulkan cemburu pada siswa lain. Sebaiknya, guru tidak menunda pemberian reward sehingga diberikan secara spontan dan tidak dijanjikan terlebih dahulu. Pada saat memberikan reward, guru menjelaskan kepada siswa bahwa hadiah yang diberikan bukan upah atas apa yang telah dilakukan siswa. Secara khusus, pemberian pujian kepada siswa hendaknya diberikan bersyarat, disertai dengan memberikan informasi tentang pencapaian yang telah dicapai siswa, mengarahkan siswa pada penghargaan yang lebih baik, memusatkan perhatian siswa, dan menghubungkan keberhasilan dengan upaya dan kemampuan siswa.

6. Prinsip Pemberian Reward
Pemberian reward tidak dapat dilakukan secara sembarangan, harus dilihat kepada siapa dan kapan reward tersebut diberikan. Selain itu, bentuk dan cara pemberian reward harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Keefektifan pemberian reward tergantung pada berbagai faktor, salah satunya 33 adalah frekuensi pemberian. Pemberian reward dapat dilakukan dengan penjadwalan, kapan dan bagaimana reward tersebut diberikan. Dalyono (2005: 34) dan Hamzah B. Uno (2006: 28) mengungkapkan dalam teori operant conditioning Skinner terdapat 4 penjadwalan pemberian reinforcement, sebagai berikut:
1. Fixed ratio schedule (FR); pemberian reinforcement yang baru diberikan setelah jumlah respon mencapai jumlah tertentu. Misalnya, siswa diberikan bintang setelah berhasil menjawab benar sebanyak 5 kali.
2. Variable ratio schedule (VR); didasarkan atas penyajian bahan pelajaran dengan penguat setelah sejumlah respon di sekitar nilai tertentu, sehingga siswa tidak tahu perilaku mana yang diberi penguatan.
3. Fixed interval schedule (FI); didasarkan atas satuan waktu yang tetap di antara reinforcement. Pemberian reward dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan tanpa memandang tingkah laku dan respon. Misalnya guru akan memberikan tepuk tangan setelah sepuluh menit sekali.
4.  Variable interval schedul (VI); pemberian reinforcement menurut respon betul yang pertama setelah terjadi kesalahan-kesalahan respon.
Maria J. Wantah (2005: 164) menyebutkan bahwa pemberian reward harus didasarkan kepada prinsip bahwa penghargaan itu akan memberi motivasi kepada anak untuk meningkatkan dan memperkuat perilaku yang sesuai dengan aturan dan memperkuat anak untuk menghindarkan diri dari tindakan yang tidak diinginkan. Goodman & Gurian (dalam Maria J. Wantah, 2005: 164) menjelaskan bahwa dalam pemberian penghargaan perlu memperhatikan mutu perilaku, jenis tindakan, usia, tingkat perkembangan dan situasi kondisi dimana penghargaan tersebut diberikan.
Soedomo Hadi (2005: 90) menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memberikan ganjaran, seperti berikut:
a. Ganjaran diberikan kepada siswa untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kewajiban siswanya telah dilaksanakan. Pemberian ganjaran ini tidak boleh terlalu sering.
b. Diusahakan agar siswa mengerti akan arti dari ganjaran itu.
c. Tujuan pemberian ganjaran adalah mengajak siswa untuk bertingkah laku lebih baik. Jangan sampai siswa merasa sombong atas keberhasilan yang telah dicapai.
d. Ganjaran hendaknya diberikan secara adil. Tidak boleh diberikan atas dasar simpati atau antipati terhadap seseorang.
e.  Ganjaran harus dapat dicapai oleh semua anak didik atas dasar kerajinannya, kesungguhannya dan ketekunannya.
Wina Sanjaya (2009: 38) menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan ketika memberikan penguatan agar dapat meningkatkan motivasi pembelajaran pada siswa, seperti berikut:
a. Kehangatan dan keantusiasan
Guru hendaknya menunjukkan sikap yang hangat dan antusias bahwa penguatan tersebut diberikan sebagai balasan atas respon siswa. Keantusiasan dan kehangatan yang dimaksud adalah cara guru mengekspresikan (Wina Sanjaya, 2007: 33). Misalnya, bahasa yang 35 digunakan tidak terkesan memojokkan siswa, mimik atau wajah yang hangat dan tidak terkesan tegang tetapi akrab dan bersahabat dengan sedikit senyuman, dan tidak mencibir atau memelototi siswa.

b. Kebermaknaan
Siswa diyakinkan bahwa penguatan yang diberikan adalah penguatan yang wajar, sehingga benar-benar bermakna.

c. Gunakan penguatan yang bervariasi
Penguatan yang sejenis dan dilakukan berulang-ulang akan menimbulkan kebosanan sehingga tidak efektif lagi untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Pemberian penguatan haruslah dilakukan dengan variasi yang kaya hingga dampaknya cukup tinggi bagi siswa yang menerimanya. Penguatan verbal dengan kata-kata yang sama, misalnya : bagus, bagus, bagus, akan kehilangan makna, hingga tidak berarti apa-apa bagi siswa. Oleh karena itu, pemberian penguatan harus dilakukan dengan teknik yang bervariasi, misalnya sekali waktu menggunakan reward nonverbal, lain waktu dengan reward verbal.

d. Berikan dengan segera
Penguatan; perlu diberikan segera setelah muncul respon atau tingkah laku tertentu. Penguatan yang ditunda akan tidak akan efektif dan kurang bermakna. Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan. Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara  respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan Winataputra (2004:7.35).
Lebih lanjut, Winataputra (2004:7.33- 7.34) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan pemberian reward, guru menggunakan prinsip berikut:

a. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan muka/wajah berseri disertai senyuman, suara yang riang penuh perhatian, atau sikap yang memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh.

b. Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru haruslah bermakna bagi siswa yaitu membuat siswa memang merasa bahwa penampilan atau tindakannya patut diberi penguatan, sehingga siswa terdorong untuk meningkatkan penampilannya. Misalnya, jika guru mengatakan “model yang kamu rancang sangat menarik”, karena model yang dibuat siswa tersebut memang benar-benar menarik hingga siswa benar-benar merasa bahwa ia memang patut mendapat pujian.

c. Menghindari penggunaan respon negatif
 Respon negatif seperti kata-kata kasar, cercaan, hukuman, atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh untuk menghancurkan iklim kelas yang kondusif maupun kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu guru hendaknya menghindari segala jenis respon negatif tersebut. Jika siswa memberikan jawaban atau menunjukkan penampilan yang tidak memuaskan, guru hendaknya menahan diri dari keinginan mencela atau mengejek jawaban atau penampilan siswa.
Moh Uzer Usman (2006: 83) menyebutkan bahwa penggunaan reward didasarkan pada prinsip kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon negatif. Buchari Alma (2010: 42) menjelaskan bahwa prinsip penggunaan reward sebagai berikut, yaitu 1) penuh dengan kehangatan, antusias dan jujur; 2) menghindari penggunaan kritikan dan hukuman; 3) dilakukan secara bervariasi; 4) penuh arti bagi siswa; 5) reward bersifat pribadi; dan 6) diberikan secara langsung atau segera.
Dalam memberikan reward, guru hendaknya memperhatikan cara penggunaannya. Moh Uzer Usman (2006: 83) menjelaskan bahwa pemberian reward harus jelas ditujukan kepada siapa, dapat diberikan kepada pribadi tertentu atau kepada kelompok. Pemberian reward hendaknya dilakukan dengan segera agar lebih efektif. Selain itu, dilakukan variasi dalam penggunaan sehingga tidak menimbulkan kebosanan. Sementara itu, Buchari Alma (2010: 42-43) membagi cara penggunaan reward menjadi 4, yaitu:
a) whole reinforcement dapat diberikan setiap saat kepada seluruh siswa;
b) delayed reinforcement merupakan reward yang ditunda pemberiannya dengan diberikan penjelasan bahwa reward akan diberikan kepada siswa kemudian;
c) partial reinforcement diberikan untuk menghindari respon negatif. Misalnya, ada siswa yang menjawab salah, kemudian guru meminta siswa 38 lain untuk menjawab. Jika jawaban siswa kedua benar, maka siswa pertama diminta untuk mengulanginya; dan
d) personalized reinforcement yaitu pemberian reward secara perorangan karena siswa memiliki kemampuan atau kelebihan yang spesifik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam memberikan reward, guru hendaknya menggunakan prinsip kebermaknaan, kehangatan dan keantusiasan, diberian secara bervariasi, segera diberikan kepada siswa, dan menghindari respon negatif. Pemberian reward dapat dilakukan kepada individu siswa tertentu, sebagian siswa maupun kepada kelompok. Selain itu, guru hendaknya mengetahui bahwa prinsip pemberian reward adalah untuk memberikan motivasi kepada siswa. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan mutu perilaku, jenis tindakan, tingkat perkembangan siswa dan situasi kondisi pemberian reward tersebut.

C. Peran Guru dalam Memberikan Reward
Penguatan motivasi belajar siswa berada di tangan para guru/pendidik dan juga anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas untuk memperkuat motivasi belajar pada usia wajib belajar. Guru memiliki tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan kemampuan mengelola interaksi belajar-mengajar dengan cara menguasai 8 keterampilan dasar mengajar, yaitu: 1) membuka dan menutup pelajaran, 2) menjelaskan, 3) bertanya, 4) memberi penguatan, 5) mengadakan variasi, 6) membimbing diskusi, 7) mengelola kelas, dan 8) mengaktifkan belajar siswa (Marno & Idris, 2010: 53). Berdasarkan pendapat tersebut, salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasi oleh seorang guru adalah keterampilan memberikan penguatan. Bentuk pemberian penguatan tersebut adalah dengan memberikan reward.
Dalam proses belajar mengajar, siswa yang berprestasi akan mempertahankan prestasinya ketika guru memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai oleh siswa. Berkaitan dengan pemberian reward, guru perlu memahami dan menguasai komponen dalam memberikan reward secara bijaksana dan sistematis. Peranan guru telah meningkat dari sebagai pengajar menjadi direktur pengarah belajar. Sebagai direktur pengarah belajar, guru hendaknya senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara:
1. membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar,
2. menjelaskan secara konkret kepada siswa apa dilakukan saat akhir pelajaran,
3. memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat mencapai prestasi yang lebih baik di kemudian hari, dan
4. membentuk kebiasaan yang baik (Slameto, 2003: 98-99).
Guru memiliki peran yang cukup besar dalam memotivasi siswa. Pada masa sekolah, guru bertugas untuk memperkuat motivasi yang dimiliki oleh siswa dengan berbagai cara. Dimyati dan Mujiono (2006: 94-95) menggambarkan proses penguatan motivasi belajar dari guru dalam bagan di bawah ini. Bagan tersebut menjelaskan tentang perilaku belajar yang mengandung motivasi belajar dikelola oleh guru dan dihayati oleh siswa.



Gambar Bagan Motivasi Belajar dalam Kerangka Rekayasa Pedagogis Guru dan Emansipasi Kemandirian Siswa Sepanjang Hayat (Dimyati dan Mujiyono, 2006: 94-95)
Bagan tersebut menjelaskan bahwa guru memiliki kewenangan untuk menyusun kegiatan pembelajaran. Guru bertindak membelajarkan siswa yang memiliki motivasi, baik yang memiliki motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Melalui kegiatan pembelajaran, guru melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, hukuman, teguran atau memberi nasihat. Tindakan tersebut bertujuan untuk memunculkan motivasi intrinsik siswa, mendorong siswa belajar, juga menguatkan motivasi ekstrinsik. Apabila siswa tertarik dengan hadiah yang diberikan, maka siswa menghayati motivasi pada diri siswa. Motivasi yang dimiliki oleh siswa dapat digunakan oleh siswa untuk memperoleh hasil belajar.
Hasil belajar dibedakan menjadi 2, yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran merupakan hasil belajar yang dapat diukur, sedangkan dampak pengiring akan tampak pada saat siswa melakukan unjuk kerja untuk menunjukkan kemandirian. Setelah lulus, diharapkan siswa akan dapat mengembangkan diri lebih lanjut secara terus-menerus hingga memperoleh hasil dari kegiatan belajar sepanjang hayat. Dalam hal ini, siswa mampu memperkuat motivasi belajar untuk mengaktualisasi diri. Berdasarkan uraian tersebut, pemberian pemberian hadiah dalam rangka menguatkan motivasi akan menghasilkan efek positif yang panjang pada diri siswa.
Sardiman (2007: 92) menjelaskan beberapa bentuk dan cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah seperti: a) memberi angka, b) hadiah, c) saingan/kompetisi, d) egoinvolvement yaitu melibatkan harga diri siswa, e) memberi ulangan, f) mengetahui hasil, g) pujian, h) hukuman, i) hasrat untuk belajar, j) minat, dan k) tujuan yang diakui. Berdasarkan pendapat tersebut, pemberian angka, hadiah dan pujian oleh guru kepada siswa dapat menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar.
Siswa dapat dikatakan memiliki motivasi jika memiliki indikator seperti yang diungkapkan Hamzah B. Uno (2010: 23) yang mengklasifikasikan beberapa indikator motivasi belajar seperti: a) adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, c) adanya harapan dan cita-cita di masa depan, d) adanya penghargaan dalam proses belajar, e) ada kegiatan yang menarik dalam belajar, dan f) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan baik. Tingkat motivasi yang dimiliki oleh seseorang dapat diketahui dengan menggunakan indikatorindikator tersebut di atas. Berdasarkan kedua penjelasan di atas, seseorang yang diketahui memenuhi indikator-indikator tersebut dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki motivasi yang tinggi.
Sebagai pendidik, seorang guru harus mampu melaksanakan beberapa peran seperti yang diungkapkan Tety Yulita Kadayati (dalam Sri Narwanti, 2011: 75-76), yaitu sebagai korektor, inspirator, organisator, motivator, fasilitator, demonstrator, pengelola kelas, dan evaluator. Berdasarkan teori tersebut dan uraian sebelumnya, peran guru dalam penelitian ini adalah sebagai motivator, korektor, pengelola kelas, dan evaluator. Sebagai korektor, guru harus mampu mempertahankan nilai yang baik pada watak dan jiwa siswa dan menghilangkan nilai yang buruk. Berkaitan dengan nilai, guru juga berperan sebagai model pembentuk karakter siswa. Melalui pemberian reward, guru berperan untuk menanamkan nilai karakter menghargai prestasi. Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 10) mendeskripsikan nilai menghargai prestasi sebagai sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Nilai menghargai prestasi dapat ditanamkan sejak sekolah dasar dengan indikator-indikator tertentu. Indikator sekolah dilakukan dengan memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah dan memajang tanda-tanda penghargaan prestasi, sedangkan indikator kelas yang diambil adalah memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik, memajang tanda-tanda penghargaan prestasi, dan menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi (Kemendiknas, 2010: 29).
Nilai menghargai prestasi yang dapat dikembangkan di setiap jenjang kelas rendah dan tinggi adalah sebagai berikut:
1. Siswa kelas I-III
a.    Mengerjakan tugas dari guru sebaik-baiknya
b.    Berlatih keras untuk berprestasi dalam olahraga dan kesenian.
c.    Hormat kepada sesuatu yang sudah dilakukan guru, kepala sekolah, dan personalia sekolah lain.
d.   Menceritakan prestasi yang dicapai orang tua.
e.    Menghargai hasil kerja pemimpin di masyarakat sekitarnya.
f.     Menghargai tradisi dan hasil karya masyarakat di sekitarnya.

2. Kelas IV-VI
a.    Rajin belajar untuk berprstasi tinggi.
b.    Berlatih keras untuk menjadi pemenang dalam berbagai kegiatan olahraga dan kesenian di sekolah.
c.    Menghargai kerja keras guru, kepala sekolah, dan personalia lain.
d.   Menghargai upaya orangtua untuk mngembangkan berbagai potensi dirinya melalui pendidikan dan kegiatan lain.
e.    Menghargai hasil kerja pemimpin dalam menyejahterakan masyarakat dan bangsa.
f.     Menghargai temuan-temuan yang telah dihasilkana manusia dalam bidang ilmu teknologi, sosial, budaya, dan seni.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian reward kepada siswa dapat memberikan manfaat, diantaranya akan meningkatkan motivasi siswa. Guru perlu memberikan penguatan kepada siswa dalam bentuk positif yaitu dengan memberikan reward. Peran guru dalam memberikan reward kepada siswa sangatlah penting. Siswa yan diberikan reward ketika berhasil melakukan tugas dengan baik akan muncul motivasi dalam dirinya.

Post a Comment

0 Comments