a.
Pengertian Media Pembelajaran
Gagne (1970) mengartikan media sebagai berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs (1970)
mengatakan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya
proses belajar terjadi. Sadiman (1986) merumuskan media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyaluarkan pesan dan dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sementara Miarso (1989) mengatakan
media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik
untuk belajar.
Kata media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari
kata “medium” yang berarti “pengantar” atau “perantara” istilah tersebut
menunjuk kepada sesuatu yang membawa infomasi antara sumber (pengirim pesan)
dan penerima pesan (Heinich, 2002).
Dalam definisi-definisi tersebut di atas terdapat kesamaan arti
media, yaitu segala sesuatu atau benda atau alat yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan atau menjadi perantara dan dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar pada diri siswa.
Sementara itu, kata pembelajaran dibelakang media lebih membatasi
lagi pengertiannya. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik
dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar (Mendikbud, 2014). Oleh karena itu, media pembelajaran
adalah media yang dipilih, dikembangkan, dan atau digunakan sehingga terjadi
interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik pada
suatu lingkungan belajar.
Edgar
Dale (1970) mengklasifikasikan sepuluh tingkat pengalaman belajar dari yang paling
konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi itu dikenal dengan nama kerucut pengalaman
Dale.
Gambar Kerucut Pengalaman Edgar Dale (1970)
Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman
dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol
komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak. Semakin ke
atas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Proses belajar
dan interaksi mengajar tidak harus dari pengalaman langsung, tetapi dimulai
dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajar”. Untuk
itu, media harus dipilih dan dikembangkan secara sistematis dan digunakan
secara integral dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan fungsinya, media pengajaran dapat berbentuk alat
peraga dan sarana atau alat bantu.
1) Alat
Peraga
Alat
peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri
dari konsep yang dipelajari (Elly Estiningsih, 1994).
Fungsi
utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap
arti konsep tersebut. Menurut Iswadji (2003): alat peraga matematika adalah
sebuah atau seperangkat benda konkret yang dibuat, dirancang, dihimpun atau
disusun secara sengaja, yang digunakan untuk membantu menanamkan
atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika. Menurut
Post dan Reys (1977: 75) “alat peraga adalah alat yang digunakan untuk memperagakan
suatu konsep atau prinsip dalam matematika. Salah satu ciri penting alat peraga
adalah dapat dilihat, disentuh dan diraba”.
Dari
ketiga pengertian tersebut di atas, maka jelaslah bahwa dengan alat peraga hal-hal
yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model, sehingga siswa dapat
memanipulasi objek tersebut dengan cara melihat, memegang, meraba,
memutarbalikkan, dan sebagainya. Dengan adanya alat peraga, diharapkan siswa
lebih mudah dalam memahami materi yang sedang dipelajari.
Sebagai
contoh, benda-benda konkret di sekitar siswa seperti batu-batu, pensil, buku,
dan sebagainya. Dengan benda-benda tersebut siswa dapat membilang banyaknya
anggota dari kumpulan suatu benda sampai menemukan bilangan yang sesuai pada
akhir membilang. Contoh lainnya, dengan menggunakan lidi yang dipotong-potong
ataupun sedotan siswa dapat mempelajari konsep operasi hitung bilangan asli dan
mengenal operasi hitung bilangan.
Menurut
Estiningsih (1994), dari segi pengadaannya alat peraga dapat dikelompokkan
sebagai alat peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alat
peraga sederhana biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar, menggunakan
bahan-bahan yang sederhana, tidak menggunakan alat-alat berat dan dapat dibuat
sendiri. Sedangkan alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat
keras dan lunak yang pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan
biaya yang tinggi.
2)
Sarana atau Alat Bantu
Sarana atau alat bantu merupakan media pengajaran yang berfungsi
sebagai alat untuk melakukan kegiatan belajar Estiningsih (1994). Dengan menggunakan
sarana atau alat bantu tersebut diharapkan dapat memperlancar pembelajaran. Seperti
halnya alat peraga, sarana juga dapat berupa perangkat keras dan lunak. Contoh
sarana yang berupa perangkat keras: papan tulis, penggaris, jangka, kartu
permainan, dan sebagainya. Sedangkan contoh sarana yang berupa perangkat lunak
antara lain: lembar kerja (LK), lembar tugas (LT), aturan permainan dan lain
sebagainya.
Kadang-kadang suatu media dapat berfungsi ganda, pada saat
tertentu berfungsi sebagai alat peraga dan pada saat yang lain dapat berfungsi
sebagai sarana. Contoh kartu bilangan berukuran (10 x 10) cm2. Kartu
bilangan tersebut dapat berfungsi sebagai alat peraga ketika digunakan untuk mengenalkan
lambang bilangan, namun pada saat digunakan dalam perlombaan untuk menutup atau
memasangkan dengan kartu bilangan lain yang senilai, maka kartu tersebut
berfungsi sebagai sarana belajar. Contoh lainnya papan tulis pada saat tertentu
dapat digunakan sebagai alat peraga model bangun datar persegi panjang dan pada
saat yang lain dapat berfungsi sebagai sarana, yaitu sebagai sarana untuk
menuliskan penjelasan guru.
Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah kapan alat peraga
digunakan dan jenis alat peraga mana yang sesuai untu k mencapai tujuan
pembelajaran. Agar dalam memilih dan menggunakan alat peraga sesuai dengan
tujuan yangakan dicapai dalam pembelajaran, maka perlu diketahui fungsi alat
peraga.
b.
Fungsi Media
Levie
& Lents (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media
visual, sebagai berikut.
1) Fungsi atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran.
Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi
pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak
disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media gambar
khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead projector dapat
menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima.
Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran
semakin besar.
2) Fungsi afektif
Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah
social atau ras.
3) Fungsi kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan
penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaiaan
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar.
4) Fungsi kompensatoris.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam
teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi
untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi
pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
c.
Manfaat Media Pembelajaran
Media sangat bermanfaat untuk menunjang proses pembelajaran, tidak
hanya membuat sajian jadi lebih kongkret tetapi juga kegunaan yang lain seperti
berikut
(dalam
Sadiman,1994).
1) Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki para siswa.
2) Melampaui batasan ruang kelas, seperti: obyek terlalu besar,
makhluk hidup dan gerakan-gerakan terlalu kecil untuk diamati dengan mata
telanjang, gerakangerakan yang terlalu lambat atau cepat dll.
3)
Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan
lingkungannya.
4)
Menghasilkan keseragaman pengamatan atau memberikan pengalaman dan
perspektif yang benar.
5)
Menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit dan realitas, seperti
penggunaan: gambar, film, obyek, grafik dan lain-lain.
6)
Membangkitkan keinginan dan minat baru.
7)
Membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar, seperti:
pemasangan gambar di papan tempel, pemutaran film, mendengarkan rekaman atau
radio, dan lain-lain.
8)
Memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari yang
kongkrit sampai yang abstrak.
4.
Pengertian, Manfaat, dan Jenis-jenis Sumber Belajar
Pengertian,
manfaat, dan jenis-jenis sumber belajar dapat diuraikan sebagai berikut.
a.
Pengertian Sumber Belajar
Menurut AECT (Association for Education and Communication
Technology) (1997) mengemukakan sumber belajar (learning resources)
adalah segala macam sumber yang memungkinkan siswa belajar. Depdiknas (2004)
menyebutkan Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik
dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah
peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Sementara itu, Sudjana dan Rivai (1989) menuliskan bahwa pengertian sumber
belajar bisa diartikan secara sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit
dimaksudkan misalnya buku-buku atau bahan-bahan tercetak lainnya. Sedang secara
luas itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses
belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau
keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian sumber
belajar segala macam sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang
dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses pembelajaran, sehingga mempermudah
peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
b.
Manfaat Sumber Belajar
Badru Zaman dkk. (2008) mengemukakan manfaat atau nilai yang
didapatkan dengan memanfaatkan sumber belajar itu sangat banyak, antara lain
adalah sebagai berikut.
1) Dapat memberikan pengalaman belajar yang
lebih konkret dan langsung.
Anak dalam jenjang usia SD berada pada fase berfikir konkret,
artinya anak pada tingkat usia tersebut belum mampu berfikir di luar batas
kemampuan panca inderanya (secara abstrak). Pemberian belajar yang nyata atau
konkret akan meningkatkan kebermaknaan dalam proses belajar anak.
2) Pemanfaatan sumber belajar dapat mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
Adakalanya guru harus menjelaskan mengenai hal-hal yang tidak
mungkin untuk diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung.
3) Menambah wawasan dan pengalaman anak.
Upaya memperluas wawasan anak melalui pemanfaatan sumber belajar
juga merupakan nilai tambah yang lain dari sumber belajar. wawasan tersebut
dapat diperoleh jika siswa dihadapkan dengan lingkungan sebenarnya dalam proses
pembelajarannya.
4) Memberikan informasi yang akurat dan
terbaru.
Sumber belajar juga dapat menberikan informasi yang akurat dan
terbaru. Misalnya: Informasi yang didapat anak melalui buku bacaan majalah yang
terbit tiap minggu untuk anak dan nara sumber. Selain memberikan informasi terbaru,
juga akan meningkatkan minat baca anak dan terlatih untuk senentiasa haus akan
informasi.
5) Meningkatkan motivasi belajar anak.
Kreativitas guru untuk memilih dan memanfaatkan berbagai sumber
belajar akan mendorong anak menyenangi kegiatan belajarnya karena anak diberikan
pilihan sumber pengetahuan, sumber informasi dan sumber belajar yang beragam.
6) Mengembangkan kemampuan berfikir anak
secara lebih kritis dan positif.
Dengan diberikannya berbagai alternatif sumber belajar kepada
anak, kemampuan berfikir kritis anak akan semakin meningkat. Hal tersebut di tunjukan
oleh anak dengan banyak mengemukakan pertanyaan terhadap berbagai fakta,
peristiwa, kajadian yang ditemukannya ditempat yang disediakan sebagai sumber
belajar.
c.
Jenis-jenis Sumber Belajar
Mengacu apa yang dikemukakan oleh Association of Education
Communication Technology (AECT) dalam The Definition of Educational
Technology (1977) dan Vernon S. Gerlach & Donald P. Ely (1971),
maka jenis-jenis sumber belajar antara lain sebagai berikut.
1) Pesan (message)
Informasi yang harus diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk
ide atau gagasan, fakta, pengertian, dan data.
2) Manusia (people)
Orang yang bertindak sebagai penyimpan informasi atau menyalurkan informasi,
pengolah dan pengisi pesan. Contoh: guru, konselor, administrator pendidikan,
tutor, dokter, penyuluh kesehatan, petani, polisi dan sebagainya.
3) Bahan (material)
Perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disiapkan dengan
peralatan atau oleh dirinya sendiri. Contoh: buku paket, video, film, bola
dunia, grafik, CD interaktif dan sebagainya.
4) Peralatan (device)
Perangkat keras atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan
pesan yang tersimpan dalam bahan. Contoh: TV , tape recorder, program
pembelajaran audio dan sebagainya.
5) Teknik
Prosedur untuk menggunakan bahan, alat, orang, dan lingkungan
untuk menyampaikan pesan.
6) Lingkungan (setting)
Situasi atau suasana sekitar di mana pesan disampaikan/ditransmisikan
baik lingkungan fisik: (ruang kelas, gedung sekolah) maupun nonfisik: (suasana belajar).
Contoh: laboratorium, kelas, lingkungan museum, kebun binatang dan sejenisnya.
7) Aktivitas
Aktivitas yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, di mana didalamnya
terdapat perpaduan antara metode dan teknik penyajian dengan sumber belajar
lainnya. Contoh, aktivitas dalam bentuk diskusi, mengamati, belajar tutorial,
dan sejenisnya.
5.
Analisis Kebutuhan media Pembelajaran
Media diperlukan untuk lebih memperjelas materi ajar atau bahan
ajar yang akan disampaikan guru kepada peserta didik. Lebih tepat media yang
digunakan oleh guru maka semakin tinggi tingkat keberhasilan guru dalam proses
pembelajaran. Untuk itu guru perlu mengetahui cara memilih dan merancang media
yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan tepat untuk siswanya,
sehingga dapat benar-benar membantunya mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
melaksanakan tugasnya tersebut, guru dapat memilih dan merancang media melalui
analisis kebutuhan media.
Kegunaan analisis kebutuhan media pembelajaran adalah membantu
guru dalam merencanakan dan melaksanakan serta menindaklanjuti kegiatan
pembelajaran yang dikelola oleh guru. Mengadapsi Depdiknasi (2004), langkah
analisis kebutuhan media pembelajaran ditunjukkan dalam alur berikut.
Gambar
6. Skematik Analisis Kebutuhan Media
Elita dkk. (2010) mengemukakan kriteria utama dalam pemilihan
media pembelajaran adalah ketepatan tujuan pembelajaran, artinya dalam
menentukan media yang akan digunakan dasar pertimbangannya adalah bahwa media
tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan.
Mc, Connel (1974 (dalam Elita dkk, 2010)) mengatakan bila itu sesuai pakailah!,
”If the medium fits, use it”, artinya pemilihan media harus
dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan
yang ada dengan mengingat kemampuan dan karakteristik media yang bersangkutan.
Lebih lanjut disebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan
media yaitu sebagai berikut.
a.
Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang
sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi, sangat memerlukan bantuan
media agar lebih mudah dipahami peserta didik.
b.
Kemudahan dalam memperoleh media yang akan digunakan artinya media
yang diperlukan mudah diperoleh. Media grafis umumnya mudah diperoleh bahkan
dibuat sendiri oleh pendidik.
c.
Keterampilan pendidik dalam menggunakannya, apapun jenis media
yang diperlukan, syarat utama adalah pendidik dapat menggunakannya dalam proses
pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi
dampak dari penggunaan oleh pendidik pada saat terjadinya interaksi belajar
dengan lingkungannya
d.
Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat
bermanfaat bagi peserta didik selama pembelajaran berlangsung
e.
Sesuai dengan taraf berpikir peserta didik, memilih media untuk
pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir peserta didik sehingga makna
yang terkandung di dalamnya mudah dipahami.
Oleh Karena itu, dalam melakukan analisis media perlu diperhatikan
beberapa hal
dalam
pemilihan media seperti tersebut di atas.
0 Comments