Menyimak adalah
proses mendengarkan dengan
penuh pemahaman, apresiasi dan
evaluasi. Dalam proses menyimak,
diawali dengan kegiatan mendengarkan bahan simakan oleh
siswa (penyimak), selanjutnya bahan simakan dipahami berdasarkan tingkat
pemahaman siswa yang dimaksud, kemudian dalam proses pemahaman tersebut terjadi
proses evaluasi – menghubungkan antara topic yang disimak dengan pengalaman
dan/atau pengetahuan yang dimiliki
siswa. Setelah proses tersebut selesai, barulah siswa memberikan respon
terhadap isi bahan yang disimaknya.
Jadi dapat dikatakan
bahwa menyimak merupakan kegiatan yang disengaja melalui
proses mendengar untuk memahami bunyi-bunyi bahasa, sedangkan mendengar adalah
kegiatan yang dilakukan hanya sekedar tahu tetapi tidak memahami bunyi-bunyi
bahasa yang disimak.
Pengklasifikasian menyimak berdasarkan:
1.
Sumber suara
Berdasarkan sumber suara yang
disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Intrapersonal listening atau
menyimak intrapribadi
b. Interpersonal listening atau
penyimak antar pribadi
2.
Cara penyimak bahan yang disimak
Berdasarkan pada cara penyimakan
bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
a.
Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif ialah kegiatan
menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak
hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja.
Menyimak ekstensif adalah sejenis
kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas
terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru.
Penggunaan yang paling mendasar
ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah diketahui dalam suatu
lingkungan baru dengan cara yang baru. Sealain itu, dapat pula murid dibiarkan
mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang baru bagi murid yang
terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam kapasitasnya untuk menanganinya.
Pada umumnya, sumber yang paling
baik untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya
rekaman yang bersumber dari siaran radio, televisi, dan sebagainya.
Menyimak ekstensif meliputi:
1)
Menyimak sosial
Menyimak sosial atau menyimak
konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtens
listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang
mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik perhatian semua orang dan saling
mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons-repons yang pantas, mengikuti
detail-detail yang menarik, dan memerhatikan perhatian yang wajar terhadap
apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan.
Dengan perkataan lain dapat
dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu
perkataan menyimak secara sopan santun dengan penuh perhatian percakapan atau
konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud. Dan kedua mengerti
serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi
tersebut.
Menyimak sosial dilakukan oleh
masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor
pos, dan sebagainya. Kegiatan menyimak ini lebih menekankan pada faktor status
sosial, unsur sopan santun. dan tingkatan dalam masyarakat. Misalnya: Seorang
anak jawa menyimak nasihat neneknya dengan sikap dan bahasa yang santun. Dalam
hal ini, nenek memiliki peran yang lebih utama, sedang anak merupakan peran
sasaran.
2) Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis
kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan
extensive listening) misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi tarian-tarian
rakyat terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di
rumah atau menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan
tertentu di sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat,
membuat sketsa dan latihan menulis dengan tulisan tangan. Suara tersebut sempat
terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia tidak terganggu oleh suara
tersebut.
3) Menyimak estetik
Menyimak estetika sering disebut
menyimak apresiatif. Menyimak estetika ialah kegiatan menyimak untuk menikmati
dan menghayati sesuatu dan mencakup dua hal yaitu pertama menyimak musik,
puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar pada radio atau
rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan lakon-lakon
yang diceritakan oleh guru atau murid-murid. Kegiatan menyimak itu lebih
menekankan aspek emosional penyimak seperti dalam menghayati dan memahami
sebuah pembacaan puisi. Dalam hal ini, emosi penyimak akan tergugah, sehingga
timbul rasa senang terhadap puisi tersebut. Demikian pula pembacaan cerita
pendek. Hal ini pernah dilakukan oleh seorang pengarang terkenal Gunawan
Mohammad yang sering membacakan cerpen-cerpennya melalui radio. Banyak remaja
mendengarkan pembacaan tersebut. Para remaja tampaknya dapat menikmati dan
menghayati cerpen yang dibacakan tersebut.
4) Menyimak Pasif
Menyimak pasif ialah menyimak
suatu bahasan yang dilakukan tanpa upaya sadar. Misalnya, dalam kehidupan
sehari-hari, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua
atau tiga tahun ia sudah mahir memahami pesan dalam bahasa daerah tersebut.
Kemudian, dia mahir pula menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemahiran
menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan sebagai hasil menyimak pasif.
Namun, pada akhirnya, orang itu dapat menggunakan bahasa daerah dengan baik.
Kegiatan menyimak pasif banyak dilakukan oleh masyarakat awam dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam pendidikan di sekolah tidak dikenal istilah menyimak pasif.
Pada umumnya, menyimak pasif terjadi karena kebetulan dan ketidaksengajaan.
b. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan
menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak
memahami secara mendalam.
Menyimak intensif adalah menyimak
yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu
hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting yaitu
diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa
atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua
ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid.
Menyimak intensif meliputi:
1) Menyimak kritis
Menyimak kritis ialah kegiatan
menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilain secara
objektif, menentukan keaslian, kebenaran. dan kelebihan, serta
kekurangan-kekurangannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis
adalah (a) mengamati tepat tidak ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas
pertanyaan "mengapa menyimak", dapatkah penyimak membedakan antara
fakta dan opini dalam menyimak. dapatkah penyimak mengambil simpulan dari hasil
menyimak? dapatkah penyimak menafsirkan makna idium, ungkapan, dan majas dalam
kegiatan menyimak" (Kamidjan,2001:22).
Menyimak kritis adalah sejenis
kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tiadanya
keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian yang akan diamati.
Murid-murid perlu banyak belajar mendengarkan, menyimak secara kritis untuk
memperoleh kebenaran.
2) Menyimak introgatif
Menyimak interogratif ialah
kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut.
Menyimak introgatif adalah
sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi,
pemusatan perhatian dan pemilihan, karena si penyimak harus mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak
mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau
mengenai jalur khusus.
Kegiatan menyimak interogratif
bertujuan untuk (a) mendapatkan fakta-fakta dari pembicara, (b) mendapatkan
gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik, (c)
mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
3) Menyimak eksploratif
Menyimak penyelidikan adalah
sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam
kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk
menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi tambahan mengenai
suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik.
Menyimak eksploratif ialah
kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan
informasi baru. Pada akhir kegiatan, seorang penyimak eksploratif akan (a)
menemukan gagasan baru. (b) menemukan informasi baru dan informasi tambahan
dari bidang tertentu, (c) menemukan topik-topik baru yang dapat dikembang pada
masa yang akan datang. (d) menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
4) Menyimak kreatif
Menyimak kreatif adalah jenis
menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak
secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan,
gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa
didengarnya.
Kegiatan ini bertujuan untuk
mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak
dapat dilakukan dengan cara (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau
bahasa daerah, misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda. bahasa Jerman. dan
sebagainya, (b) mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara. namun
menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) merekonstruksi pesan
yang telah disampaikan penyimak, (d) menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat
berdasar materi yang telah disimak.
5) Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif ialah
kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh
pemahaman yang baik terhadap informasi yang disimak. Kegiatan menyimak
konsentratif bertujuan untuk (a) mengikuti petunjuk-petunjuk, (b) mencari
hubungan antarunsur dalam menyimak. (c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas
dalam suatu komponen. (d) mencari butir-butir informasi penting dalam kegiatan
menyimak, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan menyimak, dan (f) mencari
gagasan utama dari bahan yang telah disimak (Kamidjan,2001:23).
6) Menyimak selektif
Menyimak selektif ialah kegiatan
menyimak yang dilakukan secara selektif dan terfokus untuk mengenal,
bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase,
kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk, bahasa yang sedang dipelajarinya. Menyimak
selektif memiliki ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan menyimak yang
lain. Adapun ciri menyimak selektif ialah: (a) menyimak dengan saksama untuk menentukan
pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) menyimak dengan memperhatikan
topik-topik tertentu, (c) menyimak dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
Menyimak selektif berhubungan
erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu tetapi
biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu
menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak
menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus
memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi
isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk
menginterpretasikan.
Ciri-ciri menyimak intensif adalah:
1)
Menyimak intensif ialah menyimak pemahaman
Pemahaman ialah proses memahami
suatu objek. Pemahaman dalam menyimak merupakan proses memahami suatu bahan
simakan. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan menyimak intensif dengan tujuan
untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Pemahaman merupakan
prioritas pertama. Hal itu berbeda dengan menyimak ekstensif yang lebih
menekankan hiburan, kontak sosial. ketidaksengajaan, dan lain sebagainya. Jadi,
rioritas menyimak, intensif ialah memahami makna pembicaraan.
2) Menyimak intensif memerluhan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memusatkan
sermua gejala jiwa seperti pikiran, perasaan, ingatan, perhatian, dan
sebagainya kepada salah satu objek. Dalam menyimak intensif diperlukan
pemusatan gejala jiwa menyeluruh terhadap bahan yang disimak. Agar penyimak
dapat melakukan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan, dengan beberapa
cara, antara lain: (a) menjaga agar pikiran tidak terpecah, (b) perasaan tenang
dan tidak bergejolak, (c) perhatian. terpusat pada objek yang sedang disimak,
penyimak harus mampu menghindari berbagai hal-hal yang dapat menggangu kegiatan
menyimak, baik internal maupun ekstenal.
3) Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang
digunakan dalam situasi formal. Yang dimaksudkan dengan situasi formal ialah
situasi komunikasi resmi. Misalnya, ceramah, pidato, diskusi, berdebat, temu
ilmiah dan lain sebagainya. Bahasa yang digunakan dalam ceramah ilmiah, temu
ilmiah, atau diskusi ialah bahasa resmi atau bahasa baku. Bahasa baku lebih
menekankan makna.
4) Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu
yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan secara (1) lisan
(berbicara) dan (2) tulis (menulis, mengarang). Reproduksi dilakukan setelah
menyimak. Fungsi reproduksi itu antara lain adalah (1) mengukur kemampuan
integratif antara menyimak dengan berbicara, (2) mengukur kemampuan integratif
antara menyimak dengan menulis atau mengarang, (3) mengetahui kemampuan daya
serap seseorang. (4) mengetahui tingkat pemahaman seseorang tentang bahan yang
telah disimak.
Teknik Pengajaran Menyimak di Sekolah Dasar
Teknik atau cara pengajaran
menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif untuk menghindari
kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain
itu, melalui penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran
lebih menarik bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan
guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Teknik Ulang-Ucap (Menirukan)
Teknik ini biasa digunakan guru
pada siswa yang belajar bahasa permulaan, baik belajar bahasa ibu maupun bahasa
asing. Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan dengan
pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas oleh guru.
Dengan teknik ini, pertama-tama
guru mengucapkan kata-kata yang sederhana, seperti “mata”, misalnya, kemudian
guru memperjelas kata tersebut dengan cara mendemonstrasikannya; guru
menggunakan jari tangannya untuk menunjuk salah satu bagian wajahnya, yaitu
mata. Langkah kedua, guru mengucapkan kata “mata” dengan jelas dan keras, siswa
diminta menyimaknya dengan baik, kemudian menirukan apa yang diucapkan guru.
Langkah ketiga, guru memberikan latihan ekstensif dengan mengulang kata-kata
yang sudah dikenalkan, kemudian menambah kosa kata serta mengenalkan struktur
kalimat kepada siswa sampai siswa dapat mengucapkan kata-kata dengan tepat, dan
akhirnya menggunakan kata itu dalam struktur yang sederhana.
2. Teknik Informasi Beranting
Guru memberi informasi kepada
salah seorang siswa kemudian informasi tersebut disampaikan kepada siswa di
dekatnya; begitu seterusnya, informasi disampaikan secara beranting. Siswa yang
menerima informasi terakhir, mengucapkan keras-keras informasi tersebut di
hadapan teman-temannya. Dengan demikian, kita tahu apakah informasi itu tetap
sama dengan sumber pertama atau tidak. Jika tetap sama, berarti daya simak
siswa sudah cukup baik, akan tetapi, bila informasi pertama berubah setelah
beranting, ini berarti daya simak siswa masih kurang.
Contoh:
Informasi: Andi membeli mie
bersama Rani tadi pagi.
3. Teknik Satu Mulut Satu Kelas
Guru membacakan sebuah wacana
yang dapat berupa artikel atau cerita di hadapan siswa, dan siswa diminta
menyimak baik-baik. Sebelum siswa menyimak, guru memberi penjelasan tentang
apa-apa yang pernah disimak. Setelah guru selesai membacakan, guru dapat
meminta siswa, misalnya:
a.
menceritakan kembali isi materi yang disimaknya;
b.
menyebutkan urutan ide pokok dari apa yang
disimak;
c.
menyebutkan tokoh atau pelaku cerita dari apa
yang disimaknya;
d.
menemukan makna yang tersurat dari apa yang
disimaknya;
e.
menemukan makna yang tersirat dari apa yang
disimaknya;
f.
menemukan ciri-ciri atau gaya bahasa yang
digunakan dalam wacana yang dibacakan;
g.
menilai isi dari apa yang disimaknya.
Pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan guru kepada siswa tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan yang
telah dirumuskan.
Dalam penggunaan teknik ini, guru
dituntut untuk dapat membaca dengan baik sesuai dengan jenis wacana yang
dibacanya. Oleh karena itu, guru perlu menyiapkan benar-benar bahan bacaan dan
cara membacanya, jangan sampai siswa mengalami kesulitan memahami isi yang
disimaknya hanya karena pembacaan yang kurang siap.
4. Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
Guru terlebih dahulu menyiapkan
rekaman melalui kaset (tape recorder), CD, ataupun laptop yang berisi ceramah,
pembacaan puisi, pidato, cerita/dongeng, drama, dan sebagainya. Kemudian guru
memberi petunjuk-petunjuk sebelum kaset di putar tentang hal-hal yang perlu
disimak. Setelah itu guru memutar rekaman yang telah disiapkan sebelumnya
(dongeng, misalnya). Siswa diminta menyimak baik-baik. Rekaman dapat diputar
ulang bila siswa belum dapat mengikuti tentang apa yang diputar. Kemudian siswa
diberikan tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahamannya
terhadap rekaman yang disimaknya, seperti:
a.
apa tema dari dongeng yang anak-anak simak?
b.
siapa yang menjadi tokoh dalam dongeng tersebut?
c.
bagaimana watak dari tokoh tersebut?
d.
sebutkan amanat yang terdapat dalam dongeng
tersebut!
e.
dan lain-lain.
5.
Teknik Group Cloze
Dalam penggunaan teknik ini, guru
membacakan sebuah wacana sekali, siswa diminta menyimak baik-baik. Kemudian,
guru membacakan lagi wacana tersebut dengan
cara membaca paragraf awal penuh, sedangkan paragraf berikutnya ada
beberapa kata atau kelompok kata yang dihilangkan. Setelah itu, tugas siswa
adalah memikirkan konteks wacana dan mengisi tempat yang kosong dengan
kata-kata atau peristilahan atau kelompok kata yang asli dari wacana yang
dibacakan sebelumnya.
6. Teknik Parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru
terlebih dahulu menyiapkan sebuah puisi untuk disimak oleh siswa. Setelah itu,
guru membacakan puisi yang telah disiapkan dengan jelas. Kemudian setelah siswa
selesai menyimak, siswa secara bergiliran disuruh menceritakan kembali isi
puisi yang telah disimaknya dengan kata-kata sendiri.
Dalam menerapkan teknik ini, guru
harus menyesuaikan dengan perkembangan kebahasaan siswa, agar dalam
pelaksanaannya dapat berjalan sesuai tujuan.
7. Teknik Simak Libat Cakap
Sesuai dengan nama teknik ini,
penyimak terlibat dalam pembicaraan. Dalam pelaksanaan teknik ini guru dapat
menugaskan siswa mengadakan wawancara, misalnya dengan guru wali, guru pengajar
bahasa Bali, budayawan. Sebelum mengadakan wawancara, siswa diminta menyiapkan
apa yang perlu ditanyakan kepada orang yang diwawancarai. Tugas selanjutnya
siswa menyusun hasil wawancara yang kemudian diserahkan kepada guru untuk
teliti.
8. Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Teknik ini senada dengan teknik
simak libat cakap yang mementingkan keterlibatan penyimak dalam pembicaraan.
Penyimak di sini hanya berlaku sebagai pemerhati yang penuh minat, tekun
menyimak apa yang disampaikan oleh pembicara sehingga penyimak dapat memahami
isi pembicaraan, tujuan pembicaraan, menganalisis apa yang dibicarakan, serta
akhirnya menilai isi pembicaraan.
0 Comments