Temui Saya di Facebook

Teknik Menyimak di Sekolah Dasar

Menyimak   adalah   proses   mendengarkan   dengan   penuh   pemahaman, apresiasi   dan   evaluasi. Dalam   proses   menyimak,   diawali   dengan   kegiatan mendengarkan bahan simakan oleh siswa (penyimak), selanjutnya bahan simakan dipahami berdasarkan tingkat pemahaman siswa yang dimaksud, kemudian dalam proses pemahaman tersebut terjadi proses evaluasi – menghubungkan antara topic yang disimak dengan pengalaman dan/atau pengetahuan  yang  dimiliki  siswa. Setelah proses tersebut selesai, barulah siswa memberikan respon terhadap isi bahan   yang   disimaknya.   Jadi   dapat   dikatakan   bahwa   menyimak   merupakan kegiatan yang disengaja melalui proses mendengar untuk memahami bunyi-bunyi bahasa, sedangkan mendengar adalah kegiatan yang dilakukan hanya sekedar tahu tetapi tidak memahami bunyi-bunyi bahasa yang disimak.

Pengklasifikasian menyimak berdasarkan:
1.    Sumber suara
Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi
b. Interpersonal listening atau penyimak antar pribadi

2.    Cara penyimak bahan yang disimak
Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
a.    Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja.
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru.
Penggunaan yang paling mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Sealain itu, dapat pula murid dibiarkan mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang baru bagi murid yang terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam kapasitasnya untuk menanganinya.
Pada umumnya, sumber yang paling baik untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekaman yang bersumber dari siaran radio, televisi, dan sebagainya.
Menyimak ekstensif meliputi:

1)    Menyimak sosial
Menyimak sosial atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons-repons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan.
Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu perkataan menyimak secara sopan santun dengan penuh perhatian percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud. Dan kedua mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi tersebut.
Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan menyimak ini lebih menekankan pada faktor status sosial, unsur sopan santun. dan tingkatan dalam masyarakat. Misalnya: Seorang anak jawa menyimak nasihat neneknya dengan sikap dan bahasa yang santun. Dalam hal ini, nenek memiliki peran yang lebih utama, sedang anak merupakan peran sasaran.

2)    Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan extensive listening) misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi tarian-tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di rumah atau menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan menulis dengan tulisan tangan. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia tidak terganggu oleh suara tersebut.

3)    Menyimak estetik
Menyimak estetika sering disebut menyimak apresiatif. Menyimak estetika ialah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu dan mencakup dua hal yaitu pertama menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar pada radio atau rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid. Kegiatan menyimak itu lebih menekankan aspek emosional penyimak seperti dalam menghayati dan memahami sebuah pembacaan puisi. Dalam hal ini, emosi penyimak akan tergugah, sehingga timbul rasa senang terhadap puisi tersebut. Demikian pula pembacaan cerita pendek. Hal ini pernah dilakukan oleh seorang pengarang terkenal Gunawan Mohammad yang sering membacakan cerpen-cerpennya melalui radio. Banyak remaja mendengarkan pembacaan tersebut. Para remaja tampaknya dapat menikmati dan menghayati cerpen yang dibacakan tersebut.

4)    Menyimak Pasif
Menyimak pasif ialah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa upaya sadar. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir memahami pesan dalam bahasa daerah tersebut. Kemudian, dia mahir pula menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan sebagai hasil menyimak pasif. Namun, pada akhirnya, orang itu dapat menggunakan bahasa daerah dengan baik. Kegiatan menyimak pasif banyak dilakukan oleh masyarakat awam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan di sekolah tidak dikenal istilah menyimak pasif. Pada umumnya, menyimak pasif terjadi karena kebetulan dan ketidaksengajaan.

b.    Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid.
Menyimak intensif meliputi:

1)    Menyimak kritis
Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilain secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran. dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah (a) mengamati tepat tidak ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan "mengapa menyimak", dapatkah penyimak membedakan antara fakta dan opini dalam menyimak. dapatkah penyimak mengambil simpulan dari hasil menyimak? dapatkah penyimak menafsirkan makna idium, ungkapan, dan majas dalam kegiatan menyimak" (Kamidjan,2001:22).
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-murid perlu banyak belajar mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran.

2)    Menyimak introgatif
Menyimak interogratif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut.
Menyimak introgatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena si penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau mengenai jalur khusus.
Kegiatan menyimak interogratif bertujuan untuk (a) mendapatkan fakta-fakta dari pembicara, (b) mendapatkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik, (c) mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.

3)    Menyimak eksploratif
Menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik.
Menyimak eksploratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru. Pada akhir kegiatan, seorang penyimak eksploratif akan (a) menemukan gagasan baru. (b) menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, (c) menemukan topik-topik baru yang dapat dikembang pada masa yang akan datang. (d) menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.

4)    Menyimak kreatif
Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa didengarnya.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau bahasa daerah, misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda. bahasa Jerman. dan sebagainya, (b) mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara. namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, (d) menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.

5)    Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang disimak. Kegiatan menyimak konsentratif bertujuan untuk (a) mengikuti petunjuk-petunjuk, (b) mencari hubungan antarunsur dalam menyimak. (c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen. (d) mencari butir-butir informasi penting dalam kegiatan menyimak, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan menyimak, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak (Kamidjan,2001:23).

6)    Menyimak selektif
Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan secara selektif dan terfokus untuk mengenal, bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk, bahasa yang sedang dipelajarinya. Menyimak selektif memiliki ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan menyimak yang lain. Adapun ciri menyimak selektif ialah: (a) menyimak dengan saksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) menyimak dengan memperhatikan topik-topik tertentu, (c) menyimak dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
Menyimak selektif berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk menginterpretasikan.

Ciri-ciri menyimak intensif adalah:
1)    Menyimak intensif ialah menyimak pemahaman
Pemahaman ialah proses memahami suatu objek. Pemahaman dalam menyimak merupakan proses memahami suatu bahan simakan. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan menyimak intensif dengan tujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Pemahaman merupakan prioritas pertama. Hal itu berbeda dengan menyimak ekstensif yang lebih menekankan hiburan, kontak sosial. ketidaksengajaan, dan lain sebagainya. Jadi, rioritas menyimak, intensif ialah memahami makna pembicaraan.

2)    Menyimak intensif memerluhan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memusatkan sermua gejala jiwa seperti pikiran, perasaan, ingatan, perhatian, dan sebagainya kepada salah satu objek. Dalam menyimak intensif diperlukan pemusatan gejala jiwa menyeluruh terhadap bahan yang disimak. Agar penyimak dapat melakukan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan, dengan beberapa cara, antara lain: (a) menjaga agar pikiran tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian. terpusat pada objek yang sedang disimak, penyimak harus mampu menghindari berbagai hal-hal yang dapat menggangu kegiatan menyimak, baik internal maupun ekstenal.

3)    Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi formal. Yang dimaksudkan dengan situasi formal ialah situasi komunikasi resmi. Misalnya, ceramah, pidato, diskusi, berdebat, temu ilmiah dan lain sebagainya. Bahasa yang digunakan dalam ceramah ilmiah, temu ilmiah, atau diskusi ialah bahasa resmi atau bahasa baku. Bahasa baku lebih menekankan makna.

4)    Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan secara (1) lisan (berbicara) dan (2) tulis (menulis, mengarang). Reproduksi dilakukan setelah menyimak. Fungsi reproduksi itu antara lain adalah (1) mengukur kemampuan integratif antara menyimak dengan berbicara, (2) mengukur kemampuan integratif antara menyimak dengan menulis atau mengarang, (3) mengetahui kemampuan daya serap seseorang. (4) mengetahui tingkat pemahaman seseorang tentang bahan yang telah disimak.

Teknik Pengajaran Menyimak di Sekolah Dasar
Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain itu, melalui penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran lebih menarik bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut.

1.    Teknik Ulang-Ucap (Menirukan)
Teknik ini biasa digunakan guru pada siswa yang belajar bahasa permulaan, baik belajar bahasa ibu maupun bahasa asing. Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas oleh guru.
Dengan teknik ini, pertama-tama guru mengucapkan kata-kata yang sederhana, seperti “mata”, misalnya, kemudian guru memperjelas kata tersebut dengan cara mendemonstrasikannya; guru menggunakan jari tangannya untuk menunjuk salah satu bagian wajahnya, yaitu mata. Langkah kedua, guru mengucapkan kata “mata” dengan jelas dan keras, siswa diminta menyimaknya dengan baik, kemudian menirukan apa yang diucapkan guru. Langkah ketiga, guru memberikan latihan ekstensif dengan mengulang kata-kata yang sudah dikenalkan, kemudian menambah kosa kata serta mengenalkan struktur kalimat kepada siswa sampai siswa dapat mengucapkan kata-kata dengan tepat, dan akhirnya menggunakan kata itu dalam struktur yang sederhana.

2.    Teknik Informasi Beranting
Guru memberi informasi kepada salah seorang siswa kemudian informasi tersebut disampaikan kepada siswa di dekatnya; begitu seterusnya, informasi disampaikan secara beranting. Siswa yang menerima informasi terakhir, mengucapkan keras-keras informasi tersebut di hadapan teman-temannya. Dengan demikian, kita tahu apakah informasi itu tetap sama dengan sumber pertama atau tidak. Jika tetap sama, berarti daya simak siswa sudah cukup baik, akan tetapi, bila informasi pertama berubah setelah beranting, ini berarti daya simak siswa masih kurang.
Contoh:
Informasi: Andi membeli mie bersama Rani tadi pagi.

3.    Teknik Satu Mulut Satu Kelas
Guru membacakan sebuah wacana yang dapat berupa artikel atau cerita di hadapan siswa, dan siswa diminta menyimak baik-baik. Sebelum siswa menyimak, guru memberi penjelasan tentang apa-apa yang pernah disimak. Setelah guru selesai membacakan, guru dapat meminta siswa, misalnya:
a.    menceritakan kembali isi materi yang disimaknya;
b.    menyebutkan urutan ide pokok dari apa yang disimak;
c.     menyebutkan tokoh atau pelaku cerita dari apa yang disimaknya;
d.    menemukan makna yang tersurat dari apa yang disimaknya;
e.    menemukan makna yang tersirat dari apa yang disimaknya;
f.     menemukan ciri-ciri atau gaya bahasa yang digunakan dalam wacana yang dibacakan;
g.    menilai isi dari apa yang disimaknya.
Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam penggunaan teknik ini, guru dituntut untuk dapat membaca dengan baik sesuai dengan jenis wacana yang dibacanya. Oleh karena itu, guru perlu menyiapkan benar-benar bahan bacaan dan cara membacanya, jangan sampai siswa mengalami kesulitan memahami isi yang disimaknya hanya karena pembacaan yang kurang siap.

4.    Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
Guru terlebih dahulu menyiapkan rekaman melalui kaset (tape recorder), CD, ataupun laptop yang berisi ceramah, pembacaan puisi, pidato, cerita/dongeng, drama, dan sebagainya. Kemudian guru memberi petunjuk-petunjuk sebelum kaset di putar tentang hal-hal yang perlu disimak. Setelah itu guru memutar rekaman yang telah disiapkan sebelumnya (dongeng, misalnya). Siswa diminta menyimak baik-baik. Rekaman dapat diputar ulang bila siswa belum dapat mengikuti tentang apa yang diputar. Kemudian siswa diberikan tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahamannya terhadap rekaman yang disimaknya, seperti:
a.    apa tema dari dongeng yang anak-anak simak?
b.    siapa yang menjadi tokoh dalam dongeng tersebut?
c.     bagaimana watak dari tokoh tersebut?
d.    sebutkan amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut!
e.    dan lain-lain.

5.    Teknik Group Cloze
Dalam penggunaan teknik ini, guru membacakan sebuah wacana sekali, siswa diminta menyimak baik-baik. Kemudian, guru membacakan lagi wacana tersebut dengan  cara membaca paragraf awal penuh, sedangkan paragraf berikutnya ada beberapa kata atau kelompok kata yang dihilangkan. Setelah itu, tugas siswa adalah memikirkan konteks wacana dan mengisi tempat yang kosong dengan kata-kata atau peristilahan atau kelompok kata yang asli dari wacana yang dibacakan sebelumnya.

6.    Teknik Parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru terlebih dahulu menyiapkan sebuah puisi untuk disimak oleh siswa. Setelah itu, guru membacakan puisi yang telah disiapkan dengan jelas. Kemudian setelah siswa selesai menyimak, siswa secara bergiliran disuruh menceritakan kembali isi puisi yang telah disimaknya dengan kata-kata sendiri.
Dalam menerapkan teknik ini, guru harus menyesuaikan dengan perkembangan kebahasaan siswa, agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai tujuan.
7. Teknik Simak Libat Cakap
Sesuai dengan nama teknik ini, penyimak terlibat dalam pembicaraan. Dalam pelaksanaan teknik ini guru dapat menugaskan siswa mengadakan wawancara, misalnya dengan guru wali, guru pengajar bahasa Bali, budayawan. Sebelum mengadakan wawancara, siswa diminta menyiapkan apa yang perlu ditanyakan kepada orang yang diwawancarai. Tugas selanjutnya siswa menyusun hasil wawancara yang kemudian diserahkan kepada guru untuk teliti.

8. Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Teknik ini senada dengan teknik simak libat cakap yang mementingkan keterlibatan penyimak dalam pembicaraan. Penyimak di sini hanya berlaku sebagai pemerhati yang penuh minat, tekun menyimak apa yang disampaikan oleh pembicara sehingga penyimak dapat memahami isi pembicaraan, tujuan pembicaraan, menganalisis apa yang dibicarakan, serta akhirnya menilai isi pembicaraan.

Post a Comment

0 Comments